- Masa Kekhalifahan Abu Bakar Shiddiq RA dari 11 Rabiul Awal 11 H sampai 11 Jumadil Akhir 13 H (2 tahun, 3 tahun dan 10 hari)
Ketika Rasulullah saw wafat, para sahabat berselisih pandangan.
Sebagian sahabat mengatakan bahwa Rasulullah saw telah wafat dan
sebagian yang lain mengatakan bahwa Rasulullah saw tidak meninggal.
Ketika berita kematian Rasulullah saw sampai ke Abu Bakar Shiddiq RA,
beliau mendatangi rumah Rasulullah saw dan membuka penutup wajah lalu
menciumnya dan telah ternyata Rasulullah saw telah wafat. Kemudian
beliau keluar dan menemui para sahabat lalu berkata,
“Barang siapa yang menyembah Muhammad, ketahuilah bahwa sesungguhnya
Nabi Muhammad saw telah wafat. Barang siapa yang menyembah Allah Taala,
ketahuilah bahwa Allah Hidup, tidak wafat. Allah berfirman,
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ
قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى
أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ
شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
“Dan Tidaklah Muhammad itu, melainkan seorang Rasul. Telah wafat sebelum ini para Rasul. Apakah jika Rasul wafat atau terbunuh, kalian akan berpaling dari ajarannya?”
Abu Bakar membacakan ayat ini kepada para sahabat, termasuk kepada
Umar bin Khathab RA Saat itu seakan-akan mereka baru pertama kali
mendengar ayat tersebut.
Setelah mendengar ayat ini, hati mereka menjadi tenang dan hilanglah
segala kegundahan dan keraguan. Kemudian kaum muslimin berkumpul di
Saqifah Bani Sa’adah. Di sana mereka bermusyawarah perihal pengganti
Rasulullah saw sebagai pemimpin tertinggi kaum muslimin.
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam, antara kaum
sahabat Anshar dan sahabat Muhajirin. Masing-masing mengunggulkan
kandidat-kandidat kaumnya untuk tampil sebagai khalifah. Pemuka Anshar,
Basyir bin Saad r.a, menentramkan kaumnya dengan mengingatkan bahwa kaum
Anshar membela Islam semata-mata untuk mencari ridha Allah Taala serta
sebagai bentuk ketaatan pada Rasulullah saw hingga tidak pada tempatnya
untuk berebut kekuasaan dengan Muhajirin. Taushiyah yang disampaikan
dengan sangat bijaksana ini akhirnya mampu mendinginkan hati sahabat
Anshar.
Dari sahabat Muhajirin, Abu Bakar RA mengusulkan untuk mengangkat
Umar bin Khathab RA dan Abu Ubaidah bin Jarrah r.a untuk menjadi
khalifah pengganti Rasulullah saw. Namun keduanya langsung menolak,
bahkan Umar bin Khathab langsung memegang tangan Abu Bakar r.a dan
membaiatnya menjadi khalifah diikuti oleh Abu Ubaidah r.a, Basyir bin
Saad r.a, dan para sahabat lainnya.
Abu Bakar Shiddiq RA adalah salah seorang sahabat yang pertama masuk
Islam. Beliau giat melakukan dakwah meski di bawah tekanan, dan
beliaulah sahabat Rasul saw yang secara eksplisit namanya diabadikan
dalam Al-Quran. (At-Taubah:40)
Selain itu track record beliau sebagai orang yang ‘bersih’, berani,
tegas, dan memiliki keberpihakan pada masyarakat kecil telah diakui oleh
para konstituennya tersebut. Selain itu sifat rendah hati Abu Bakar
Ash-Shiddiq RA tidak luntur meski dia terpilih menjadi khalifah secara
aklamasi.
Tidak ada seorang pun yang menolaknya, termasuk Ali bin Abi Thalib
(sebagian orang menyangka bahwa ia telat berbaiat kepada Abu Bakar
Shiddiq r.a).
Ibnu Katsir berkata, “Baiat Ali bin Abi Thalib kepada Abu Bakar
Shiddiq RA terjadi pada hari pertama atau hari kedua pengangkatannya.
Sesungguhnya Ali bin Abi Thalib tidak pernah berselisih paham dengan Abu
Bakar Shiddiq RA dan tidak ada satu shalat pun yang dikerjakan Ali
tidak berjamaah mengikuti Abu Bakar Shiddiq RA Ali bin Abi Thalib r.a
juga ikut Abu Bakar Shiddiq RA ke Dzul Qishah untuk memerangi penduduk
yang murtad dari agama Islam. Akan tetapi terjadi sesuatu pada Fathimah
RA yang mencela Abu Bakar Shiddiq RA karena dia menyangka bahwa dia akan
mendapatkan warisan dari Rasulullah saw sebagai anak. Fathimah RA
sendiri belum mengetahui hadits Rasulullah saw kepada Abu Bakar Shiddiq
RA dan para sahabat yang menyebutkan,
إِنَّا مَعْشَرَ الأَنْبِيَاءِ لا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ
“Sesungguhnya kami, para nabi tidak meninggalkan warisan dan apa-apa yang kami tinggalkan adalah sedekah buat kaum muslimin.”
Dengan dasar hadits tersebut, Abu Bakar Shiddiq RA tidak memberikan
warisan kepada Fathimah RA dan istri-istri Rasul. Ketika Fathimah RA
meminta Ali bin Abi Thalib RA untuk menanyakan tanah yang di Khaibar,
Abu Bakar Shiddiq RA tidak menjawabnya karena dalam pandangan Abu Bakar
Shiddiq RA dialah yang mengurus semua peninggalan Rasulullah saw.
Peristiwa itu menambah kecewa dan marahnya Fathimah RA hingga ia tidak
mau berbicara dengan Abu Bakar Shiddiq RA sampai Fathimah meninggal,
enam bulan sejak wafatnya Rasulullah saw. Kondisi inilah yang membuat
Ali merasa perlu memperbaharui baiatnya kepada Abu Bakar agar ketegangan
antara Fathimah RA dan Abu Bakar Shiddiq RA tidak menimbulkan fitnah
bagi kaum muslimin.
Perselisihan antara Fathimah RA dan Abu Bakar Shiddiq RA meninggalkan
celah menganga di internal kaum muslimin dengan kemunculan kelompok
Ar-Rafidhah.
Pidato Politik Pertama Abu Bakar Shidddiq r.a:
Amma ba’du…Wahai para sahabat, aku telah diserahi tugas sebagai khalifah, padahal aku bukanlah orang terbaik di antara kalian. Karena itu, jika aku melakukan kebaikan, maka bantulah aku, jika aku berbuat salah, maka ingatkanlah aku.Jujur itu amanah, sedang dusta itu khianat.Orang lemah di antara kalian adalah orang kuat di sisiku hingga aku berikan haknya insya Allah, dan orang kuat di antara kalian adalah orang lemah di sisiku hingga aku mengambil haknya darinya insya Allah.Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah, melainkan Allah akan menjadikan mereka hina dan dihinakan, tidaklah perbuatan kotor menyebar di suatu kaum, melainkan Allah akan menyebarkan malapetaka di tengah-tengah mereka. Untuk itu, taatilah aku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika aku melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya, maka kalian tidak wajib mentaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kalian.”
Itulah momen-momen awal kekhalifahan Abu Bakar Shiddiq RA Wallahu a’lam. (bersambung)
Redaktur: Retummoc
Topik: Abu Bakar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar